Berselimut biru dikelilingi latar
hitam. Sebuah sinar berasal dari ponselnya menjadi satu-satunya terang. Seperti
semalam, kembali dia menuliskan barisan kalimat yang menuntut untuk dipahami
dimana melambangkan diri ataupun situasi sebenarnya.
Musik Instrument musik klasik hilir
mudik ditelinga menambah gairah menggerayangi tiap huruf yang berongga dilayar
datar. Beberapa menit yang lalu, terjadi pertengkaran antara gunung dan bukt. Yang
kalah secara fisik tentu bukit, namun secara psikis yaitu gunung. Sang
Gunung kesal karena akar-akar pepohonan yang mengelilinginya dipermainkan. Angin
mengelilingi bukit membisikkan ribuan makna , berusaha menyadarkan bukit namun
diacuhkan.
Dia bingung melirik bukit dan
gunung. Sama-sama keras tak ada yang berjiwa lunak. Pada akhirnya dia memilih
pertengkaran itu diuraikan dalam kertas digital. Kali saja dia bisa menemukan
solusi yang masih terjebak di labirin.