I wish I was
special, so very special
Hai , kepada mei yang akan segera berakhir.
Ku tulis ini untuk penghujam jantungku yang mendadak
menghilang. Menghilang bukan karena aku tidak pernah melihatnya lagi, tetapi
karena aku menghilangkan (perasaan) perlahan. Lebih tepatnya akan dimusnahkan
dari zona hatiku.
Aku sendiri bosan mengetik berkali-kali tentang
perasaanku yang selalu memendam rasa. Tapi kepadamu, aku tidak memendam rasa. Aku
selalu bercerita kepadamu lewat buku hitam yang selalu mengisi tasku , selalu ku bawa kemanapun aku pergi. Buku
itu bukan diary. Buku itu adalah
dirimu. Kenapa bewarna hitam ? karena aku tidak tau siapa dirimu sebenarnya.
Aku lahir di hari rabu. Meskipun akhir-akhir ini aku
membenci rabu, tapi dari antara bongkahan benci itu, Rabu menjadi sebuah hari
keberuntungan buatku di beberapa kali kesempatan. Termasuk kesempatan dimana
kita berada disatu ruangan diam dengan kesibukan masing-masing. Aku harus
tenggelam diantara rak buku jika ingin melihatmu, atau aku harus pura-pura
membaca dan mengerjakan sesuatu dan akhirnya mendapatkan surprise sosokmu yang sudah berada diantaraku.
Penuh kejutan. Kau seperti matahari yang terkadang
bersinar terkadang juga meredup , bersembunyi di antara awan membuatku
mencari-cari.
Banyak kejadian yang menarik buatku, membuatku
selalu bertanya. Misalnya dihari rabu, ketika kau sedang duduk dengan seriusnya
mendengarkan sesuatu dan menatap serius ke laptop. Apa yang sedang kau lakukan ? apa kau sadar akan sesuatu dan
kemudian akan ku lanjutkan dengan cerita lain dan menambahkan beberapa kalimat
untuk menyadarkan diriku.
Kebanyakan isi buku itu adalah tentang mengharapkan
aku seseorang yang berarti entah itu menjadi sahabat atau teman dekatmu. Aku
selalu bercerita seolah kau sedang berada di sampingku sambil mendengarkan list music favorite kita dan tak lupa secangkir kopi terhidang diantara kita. Setiap
aku bertutur lewat kalimatku dan menyampaikannya padamu aku selalu bahagia. Bebanku
bisa terbagi. Tentu aku tidak egois. Aku selau bertanya tentang keseharianmu,
tentang kisahmu yang lain dimana
masih berjalan sampai sekarang. Tentang dia,
apakah dia masih bisa menjangkau
hatimu. Ku berikan sisi simpatiku dan itu tulus. Terkadang ada canda ‘kapan
kalian berakhir ?’ (aku membayangkan
wajahmu yang mendadak kaku , terkejut ) tapi kau tidak akan tau berakhir
maksudku dalam konteks apa. Menurutku setiap cerita akan selau berakhir dengan
baik. Meski berakhir baik untuk
hubungan itu, atau berakhir baik untuk diri masing-masing. Selalu
kubayangkan kau mengucapkan terima kasih karena sudah mendukung setiap apa yang
ada padamu. Kemudian aku mengucapkan juga terima kasih karena mau menjadi
tempatku berbagi rahasiaku.
Di akhirnya, ku tutup buku itu dengan sebuah doa
bermaksud agar Tuhan menjadi perantara agar menyampaikan isi buku itu.
I wish I was special. I wanna makes
you happy, whatever you want. And I know , I’m a creep , I’m a weirdo. Sometimes
when I see you from far away, I talk to my self ‘What the hell am i doing here
? ’.
End.