Tidak
berawal Namun ada kata “Berakhir”
Awalnya
adalah seperti awan. Bergerak, lewat, dan kemudian melaju begitu saja. Bisu ,
teredam dalam diam dan hanya mampu menatap. Silih berganti , hari demi hari
bertumpuk menjadi bulan. Ya, mungkin ini bulan ke tiga. Tidak usahlah di hitung
sudah berapa lama memupuk suatu perasaan. Toh, juga hanya mampu disimpan rapat
kemudian di tumpuk dalam jutaan kenangan.
Terus bergerak, bergerak, dan
bergerak , menulis apa yang hari itu membuat hati membuncah girang menjalani
hari itu. Buta terhadap sebuah kebetulan atau memang itu sebuah kode untuk
menambah level harapan. Lupa dengan hal-hal fakta “ Hatinya tak kosong lagi “.
Meskipun tau, manalah peduli.
Tiap malam dibalik longlongan anjing
yang menangis menatap legamnya sang hitam, diam-diam ada yang berdoa meminta petunjuk
selanjutnya padahal intinya bersabar. Tiap malam, diam-diam mencari tau apa
yang mungkin bisa di jangkau tanpa perlu bertanya. Tiap malam..banyak
pertanyaan yang diungkapkan dalam sebuah buku rahasia , berharap semuanya bisa
dijawab lewat mimpi. Ngimpi banget ini
mah!
Tak ada awalnya. Itu yang selalu dia
jawab dalam hati meski selalu diberikan jawaban yang sifatnya logika di balik
pertanyaan bermula dengan “ Kenapa …..” tebaklah
sendiri jika kau mengerti mengarah kemana tulisan ini.
Curahan hati lewat tulisan itu
bertumpuk banyak. Membuat sebuah harapan hilang, membanting rasa nyaman menjadi
sebuah obsesi. Sungguh hal itu bohong
karena dalam hal ini sedang berusaha mengurangi harapan yang sudah overload.
Tangan itu kini tengah mengetik beberapa curahan , mencari beberapa fakta lewat
tiap baris kata yang dibuat sendiri , menampar diri sendiri agar segera
mengakhiri. Harus Di Akhiri. . . . .