Aku
menyiksa diriku sendiri, menunggu kapan hari itu tiba.
Kenapa
tidak melakukan hal itu sekarang saja
?
Sebenarnya,
aku masih berharap ada suatu keajaiban suatu hari nanti aku bisa memperbaiki
ini semua. Tapi aku memilih pasrah, dan membiarkan saja. Jadi, aku yang tidak
melakukan apa-apa saat ini sebisa mungkin membuat hariku agak membaik. Aku
berdoa tiap malam, tertawa saat mereka menceritakan hal-hal lucu, memberi nasihat
jika dibutuhkan, semuanya masih normal. Aku masih mudah marah, memiliki sisi pemikiran
yang berbeda namun hanya bisa ku tuangkan didalam tulisan-tulisanku. Aku masih
sedikit takut dan membutuhkan waktu lama untuk menerima orang-orang baru. Namun
akhir-akhir ini aku memilih untuk menghindari itu dengan bersikap tidak peduli,
membutakan mata terhadap orang yang ada disekitarku kecuali mereka yang sudah
sangat ku kenal. Bahkan pernah suatu malam aku berdoa agar aku tidak perlu
dilihat oleh orang-orang disekitarku. Jadi niatan untuk mengajakku berteman,
atau bertanya hal simple seperti “Toilet
dimana ya ?” tidak pernah terjadi.
Perlahan
aku mulai memilih untuk meninggalkan banyak jejak di akun sosial mediaku.
Facebook secara perlahan aktif kembali. Aku berusaha memosting di Instagram,
mengunggah sebuah foto yang menurutku menarik. Beberapa minggu yang lalu aku
baru selesai merenovasi blog, dan saat ini sedang berusaha menerka kembali password tumblr. Aku mulai rajin like setiap video yang menurutku bagus,
masih terus menggali musik baru tanpa peduli viewernya berapa, dan perlahan mengisi channel Youtube ku. Setidaknya aku punya kenangan suatu saat nanti,
untuk bisa di ingat oleh mereka yang mengaku menyayangiku dan menganggapku
sebagai teman atau sahabat.
Aku
hanya melakukan apa yang menurutku bisa membuat waktu cepat berlalu. Soal
mimpiku, tanggapan terhadap masa depan, aku masih mencarinya dalam ruang gelap
yang dingin. Meringkuk dibalik selimut dan memikirkannya hingga aku tidak bisa
tidur, hingga tanggal berganti.