BUNYI
“Irama Indah yang terabaikan”
Pagi ini begitu
cerah. Di selingi bunyi suara binatang yang sudah terbangun di pagi hari. Gemerisik
dedaunan saling beradu membentuk irama padu bersama siulan dan potekan suara
binatang di sekeliling pekarangan rumah. Belum lagi beberapa kendaraan yang
mencitrakan suara khasnya masing-masing. Detak jam begitu jelas terdengar
karena suasana yang sebenarnya masih sepi. Langkah tak terdengar karena kaki
tak memakai alas yang sepadan untuk menghasilkan bunyi. Putaran sebuah gagang
pintu, berduet dengan dercitan pintu yang akhirnya menampakkan suatu ruang.
Kaki itu berjalan menuju toilet. Sebuah
tangan terulur menyentuh air di pagi hari yang masih segar. Memberikan sensasi
di wajah dan juga di telinga. Jari-jari bergerak bebas diantara puluhan
perkakas memasak yang terpampang didepan. Pertunjukkan orchestra berjudul
memasak di mulai. Sendok beradu dengan wajan yang terbuat dari besi hingga
menghasilkan bunyi sumbang tapi sudah menjadi sahabat di telinga.
Ketukan jam masih menjadi penentu,
hingga akhirnya dehaman terdengar sekedar menikmati hasil karya orchestra berjudul
memasak tadi.
Kini
suasana bukan lagi sepi. Teriakan suara dari televise, seruan dari menonton tv
menambah harmonisasi,hingga akhirnya terdengar bunyi alarm pagi mengatakan
harus mandi, bergegas pergi ke kampus karena ada kelas di minggu pengganti hari
ini.
Suara-suara
bahagia, kesal , seluruhnya berpadu menjadi sebuah lirik indah di hari ini yang
dimana membentuk sebuah kisah tersimpan di dalam hati kita masing-masing. Dan
waktu berimprovisasi.
Hingga
akhirnya menemukan lirik akhir untuk di setiap bunyi di hari demi hari dimana
sepi kembali mendominasi di tutup dengan suara detakan jam yang mungkin tidak
akan berhenti, karena sang penunjuk waktu menjadi ketukan tempo yang
menentukkan hidup ini.
CERITA
HATI (PRIA)
Aku seorang pria. Melirik
keindahan dunia dengan sepasang dua bola mata, berjalan dalam diam , menebar
senyum kepada siapa yang bersikap ramah, mampu bercanda dengan sikapku yang
mungkin terlihat datar, mau mendengar dan akhirnya aku pun di dengar - Semua
ada timbal balik, ada balasannya.
Aku melirik keindahan dunia ,
melihat sekitar mulai dari panorama , langit biru atau abu-abu itu bukan
masalah, hingga melihat satu karya nyata Tuhan yang berwujud manusia sepertiku.
Punya mata, punya kaki, hidung, mulut, telinga hidung, gigi, semua sama
sepertiku tapi jenis kami berbeda. Perempuan memiliki keindahan yang membuat
kelompok pria tertarik. Setiap mata memiliki penilaian, setiap mata melirik dan
hati memberikan sinyal pikiran bekerja apakah tertarik atau tidak ? hingga
akhirnya aku menemukan sosok yang begitu lama sudah ku kenal lewat wajah yang
berekspresi datar membentengi dirinya dengan aura galak.
Ku teliti lebih dalam, ke telusuri
hingga aku mengerti semuanya. Dugaanku benar, dia memberikan tatapan wajah
seperti itu karena ingin membentengi dirinya. Dari 1: 10 orang hanya beberapa
yang berani mendekatinya mungkin termasuk aku. Dengan modal seadanya , dengan
apa adanya diriku berharap aku diterima setidaknya mulai dari pendekatan yang
ternyata benar mulus. Perlahan aku berhasil mencopot topengnya jika dia berdiri
dihadapanku. Aku bahagia karena aku menaklukan abu-abu menjadi putih bersinar
sesungguhnya. Aku merasa nyaman dan merasa diberikan kesempatan, hingga
membuatku ingin melaju ke tahap selanjutnya. Langkah demi langkah ku susun rapi
bahkan meminta beberapa saran dari teman-temanku baik sejenis denganku atau
tidak. Terima kasih kepada sang Maha Kuasa memberikan orang-orang yang selau
mengsupport ku. Hingga aku akhirnya
menyatakan hal dimana sebagai seorang pria sejati harus berani menyatakan
perasaannya.
Naas. Semuanyanya seakan hancur
ketika dia hanya menganggapku tidak lebih dari sekedar penghibur yang berarti
baginya. Mungkin dia butuh waktu hingga aku memberikan sedikit celah. Aku
berusaha tidak ingin mengganggunya sebagai bukti pengertianku. Aku sengaja juga
melakukan itu, ingin mengetahui dia menginginkanku atau tidak. Beberapa hari
kami kehilangan komunikasi dan dia mencariku. Katakan aku jahat tapi ketika
ingin menarik perhatian seorang hati wanita yang rumit, harus melakukan suatu
cara yang memang benar-benar Tega. Semuanya kembali berjalan lancer.
Ketika aku akan menekan pedal gas
rasa percaya diriku, sesuatu terjadi. Dia memasang satu per satu topengnya ,
namun berhasil aku singkap tetapi hatinya tak lagi sama. Mendung itu perlahan
mengitari dirinya membuatku khawatir jika nanti hujan datang menyiram hatiku
membuatku merasakan dinginnya jati dirinya untukku. Hingga puncak itu
benar-benar terjadi. Ketika aku berusaha melakukan Tarik ulur lagi, dia
memberikan kesempatan lebih besar kepada orang lain. Aku sekarang berjalan
diantara iya atau tidak untuk melanjutkan.
Apa wanita tidak memiliki perasaan
tau diri ? hatiku perih, melihatnya bersama seseorang yang notabenenya memiliki
hal lebih dariku. Pikiranku menghapus pandangan tentang dirinya yang bisa
menerimaku apa adanya. Aku hanya terdiam memendam gumpalan hitam yang hampir
tak bisa ku redam. Fakta mengenai cinta tak harus memiliki itu benar. Itu yang
ku rasakan. Tetapi terima kasih sudah membuatku menjadi pria sejati dan biarkan
aku terselip dalam kenangan. Tak bisakah kau melihatku begitu sakit ? Aku pergi
wahai pujaanku.