BUNYI
“Irama Indah yang terabaikan”
Pagi ini begitu
cerah. Di selingi bunyi suara binatang yang sudah terbangun di pagi hari. Gemerisik
dedaunan saling beradu membentuk irama padu bersama siulan dan potekan suara
binatang di sekeliling pekarangan rumah. Belum lagi beberapa kendaraan yang
mencitrakan suara khasnya masing-masing. Detak jam begitu jelas terdengar
karena suasana yang sebenarnya masih sepi. Langkah tak terdengar karena kaki
tak memakai alas yang sepadan untuk menghasilkan bunyi. Putaran sebuah gagang
pintu, berduet dengan dercitan pintu yang akhirnya menampakkan suatu ruang.
Kaki itu berjalan menuju toilet. Sebuah
tangan terulur menyentuh air di pagi hari yang masih segar. Memberikan sensasi
di wajah dan juga di telinga. Jari-jari bergerak bebas diantara puluhan
perkakas memasak yang terpampang didepan. Pertunjukkan orchestra berjudul
memasak di mulai. Sendok beradu dengan wajan yang terbuat dari besi hingga
menghasilkan bunyi sumbang tapi sudah menjadi sahabat di telinga.
Ketukan jam masih menjadi penentu,
hingga akhirnya dehaman terdengar sekedar menikmati hasil karya orchestra berjudul
memasak tadi.
Kini
suasana bukan lagi sepi. Teriakan suara dari televise, seruan dari menonton tv
menambah harmonisasi,hingga akhirnya terdengar bunyi alarm pagi mengatakan
harus mandi, bergegas pergi ke kampus karena ada kelas di minggu pengganti hari
ini.
Suara-suara
bahagia, kesal , seluruhnya berpadu menjadi sebuah lirik indah di hari ini yang
dimana membentuk sebuah kisah tersimpan di dalam hati kita masing-masing. Dan
waktu berimprovisasi.
Hingga
akhirnya menemukan lirik akhir untuk di setiap bunyi di hari demi hari dimana
sepi kembali mendominasi di tutup dengan suara detakan jam yang mungkin tidak
akan berhenti, karena sang penunjuk waktu menjadi ketukan tempo yang
menentukkan hidup ini.
0 komentar