I saw the devil this morning and
he’s drop my smile. Aku melihatnya, tepat di matanya – tanpa sengaja dan itu
seakan menyedot diriku seketika. Semuanya berubah. Aku merasa terancam dan
mencoba berpikir jika dia hanyalah sebuah bayangan yang kembali duduk disudut
ruangan ini.
Perutku mendadak mulas, keringat
membanjiri tanganku dan beribu mantra ku ucapkan dalam hati agar dia pergi.
Setiap aku melirik sekitar , aku
mencuri pandang ke arahnya. Dia tampak sedang duduk menyibukkan dirinya
sendiri. Dia begitu diam, dan wajahnya tampak datar.
Aku khawatir jika dia kembali menghantui
kehidupanku, perlahan melumpuhkan saraf-saraf pikiranku mengalihkannya dan
berfokus padanya. Aku takut pintu hatiku kembali terbuka, aku takut perasaanku
bangkit.
Jarakku dengannya hanya beberapa
langkah. Aku menghela nafas , membangun keberanian dan mulai bersikap
biasa-biasa saja meski ada sedikit rasa gembira perlahan menjalar. Aku ingin
menangis , mengetahui jika hatiku masih tetap ada untuknya. Aku menyadarkan
diriku kemudian, jika perasaan yang ku punya hanyalah sebuah perasaan suka. Bukan
lebih dari itu meski sempat ku nyatakan jika aku jatuh hati padanya. Aku takut
segalanya kembali setelah aku pada akhirnya tidak lagi memikirkannya, tidak
lagi berharap penuh tentang dia.
Dia kemudian pergi. Masuk ke
dalam ruang lain. Aku hanya berani melihat langkahnya yang semakin tenggelam di
keramaian lain yang muncul.
Aku akan baik-baik saja. Biarkan dia
pergi. Aku tetap seperti ini. Menjadi diriku yang tetap menunggu tanpa
mematokkan seseorang untuk ditunggui. Tidak akan ada lagi.
0 komentar