"Cause I'm Wedding Organizer"

By menuruthclara.blogspot.com - Juli 09, 2014

Kalian pernah mengalami ini?
Tapi suatu saat kita akan mengalami ini. 
Cuma sebuah sepenggal kisah dari sebuah penulis pemula seperti saya. 
.KLIK. 


cause I’m the Wedding Organizer”

            Deretan beberapa toko yang sudah mulai buka kini bertambah satu lagi. Kali ini tampak seorang gadis berpakaian kemeja putih dibalut dengan sweater floral warna-warni membalut tubuh kurusnya, celana kain hitam dan sepatu flat shoes dominasi hitam dan putih mewarnai kakinya. Dia melihat para pekerja desain interior yang sedang memasang nama tokonya. Sambil menyecap sesekali kopi paginya, dia tersenyum-senyum melihat papan nama yang berdesain vintage itu memenuhi kepala pintu tokonya.
            “ bagaimana nona?” tanya pekerja yang baru turun dari tangga.
            “ sempurna. Aku suka. Semua sudah selesai?” tanya Diva. Diva Alesandra tepatnya.
            “ sudah Nona. Kami juga sudah membereskan sampah-sampah sisa mendekorasi. Maaf kalau waktunya agak lama nona” kata Pekerja desain itu.
            “ ah, tidak terlalu lama kok. Terima kasih ya. nanti saya antar royaltinya ke kantor.” Kata Diva dan kemudian meninggalkan pekerja yang satu per satu mulai pergi menggunakan pick up yang tak jauh parkir dari toko barunya.
_
            “ jadi, kamu membuka usaha ini hanya agar bertemu dengan orang-orang masa lalumu?” tanya Vivian sahabat sekaligus rekan dan investor kedua di toko nya.
            “ itu hanya semacam harapan saja. Lagi pula aku benar-benar serius di bisnis ini” kata Diva sambil membereskan beberapa catalog yang berserah di mejanya. Di hari pertama dia membuka tokonya, sudah ada dua orang yang bersedia menggunakan jasa layanan mereka. Ini semua berkat beberapa partner yang mau bergabung. Misalnya untuk masalah Kebaya, serta desain ruangan dia menyerahkannya pada perancang ternama di Indonesia. Kalau ingin menggunakan jasa luar negri pun dia siap.
            “ aku harap itu memang harapan saja,Div. haduhhh sumpah. Kalau aku bertemu mantanku bagaimana ya” kata Vivian sambil memiijat pelipisnya.
            “ bagus dong. secara gak langsung kamu membantu dia yang membuat kamu bahagia selama ini , berbahagia. ” kata Diva yang kini duduk disamping Vivian di meja Kompi yang sengaja diletakkan disudut ruangan. Alasannya simple. Mereka butuh bersantai sejenak memandangi kota ini dari balik jendela kotak yang memang pas didepan mereka.
            “ membantu dia bahagia dan membantu luka kita menganga. Aku gak mengerti kenapa terkadang dunia ini begitu sulit untuk dipahami.” Kata Vivian.
            “  itulah dunia. Coba kamu gak mempercayai semuanya pada dunia. Aku rasa, gak bakalan begini Vian. Kamu gak bakalan ngerasain khawatir ketika kamu menghadapi masa lalu. Sebesar apapun perasaan mu dan lukamu dimasa lalu dan sekarang, kamu harus siap hadapi. Meskipun itu menjengkelkan” kata Diva sambil tersenyum menyebarkan semangat kepada sahabatnya itu,
_
            Pintu bel toko bergemerincing untuk ke sekian kalinya . Kini sudah memasuki dua bulan toko itu dibuka dan hasilnya memuaskan. Dalam satu bulan mereka bisa menerima sepuluh acara. Dan untuk bulan kedua ini, Diva dan Vivian hampir kerepotan. Masalahnya desain yang mereka berikan unik sehingga banyak peminatnya.
            “ silahkan masuk. “ kata Diva tanpa melihat ke depan. Dia sibuk memberikan list nomor hp pada setiap peta perencanaannya.
            “ Diva Alesandra?” kalimat itu membuatnya berhenti melakukan kegiatannya dan kini menatap matanya.
            “ kak Theresia bukan?” Diva tersenyum memandang gadis itu. tubuhnya sudah mengurus dan langsing serta posturnya semakin tinggi. Wajah manis dan mata smile eyesnya itu masih ada.
            “ apa kabar. Lama gak ketemu. “ Theresia menyalami gadis didepannya.
            “ baik kak. Silahkan duduk” kata Diva mempersilahkan seniornya itu dengan sopan. Bagaimanapun dia adalah tamu dan pelanggan Diva.
            “ jadi kamu pemilik toko ini? gak nyangka. Lulusan multimedia punya bakat di bisnis berat seperti ini” kata Theresia kagum.
            “ ah, kakak bisa aja. Ini berawal dari iseng doang sama sahabatku. Jadi ya, apa salahnya buat mencoba. Mmp, kedatangan kakak ke sini pasti gak jauh-jauh dari acara resepsi pernikahan bukan?” kata Diva dan Theresia tertawa mendengar kalimat itu.
            “ hahaha, iya dong. memang kamu buka jurusan lain di toko ini? “ kemudian kedua gadis itu tertawa.
            “ Dua bulan lagi aku akan nikah. Aku belum nentuin konsep, tapi baju pernikahan aku sudah ku pesan” kata Theresia menyampaikan beberapa persiapan.
            “ hmm, boleh lihat baju pengantinnya? Nanti aku bisa sesuain deh sama konsep apa yang mesti kakak pakai. Atau nanti aku berikan beberapa tawaran jadi entar bisa tinggal pilih” kata Diva.
            “ oh gitu ya. aduh aku gak bawa pula. Tapi undangannya aku bawa. Kemarin aku foto pakai salah satu warna yang bakalan aku pakai di acara resepsi. Gimana?”
            “ boleh. Aku lihat dulu deh” kata Diva menunggu Theresia yang sedang membongkar isi tasnya.
            Dominasi kuning dan putih ada didalam kartu undangan itu. indah. Satu kata yang bisa disebut Diva dalam hati. Dia kemudian membuka lembar per lembar dan sampailah dia di sebuah nama. Nama itu nama yang sempat menyita hatinya dimasa lalu. Ternyata, memang kedua insane itu ditakdirkan untuk bersama meski sempat berpisah. Ya, mungkin di social media, tempat selama ini dia bisa melihat keduanya. Mereka jarang saling bertukar sapa. Tapi untuk yang  sebenarnya. Mereka memang sering bersama. Bahkan didepan mata Diva. Saling bertukar senyum dan tawa yang diharapkan Diva jika itu adalah untuknya.
            “ hm,…aku ada beberapa option. “ kata Diva beranjak sambil menahan sesak karena orang yang ditunggunya agar pintu hatinya terbuka kini sudah menutup rapat hatinya untuk dimiliki seorang gadis cantik, yang kini duduk sambil memperhatikan beberapa catalog yang ada didepannya. Lugu. Dan tidak tau menahu apapun. Mungkin theresia belum mendengar cerita dari pria yang akan dinikahinya. Ya, sebenarnya tidak penting baginya karena setau Diva semuanya datang dalam proses lama terjadi dalam proses yang singkat dan pergi dalam sekejap. Menyakitkan dan membekas bertahun-tahun di hati Diva. Membuatnya nyaris tersiksa dan merasa bersalah ketika dia dekati atau mendekati seseorang. Hingga dia berani memutuskan untuk berhenti sejenak dan merasakan sisa-sisa puing hatinya yang masih berantakan.
            “ ini sisa beberapa catalog yang aku simpan dan belum pernah dipakai konsepnya kak. Oh ya, kenapa gak ajak calon pengantin prianya? Jadi kan bisa saling meremukkan” kata Diva.
            “ dia lagi sibuk ngurus cutinya. Sulit buat dia mendapatkan cuti panjang Div. Aku rasa aku pilih yang ini, ini, ini…dan yang….ini” kata Theresia menunjukkan beberapa gambar konsep resepsi pernikahannya. Ada konsep Garden Party bernuansa 90’an,  kemudian young with happiness perpaduan warna-warni lampu dan juga beberapa hiasan yang lebih dominan warna cerah dan energik , ada nuansa mawar merah dan putih, kemudian glamour.
            “ oke. Mau dibawa dulu katalognya? Atau kakak datang lagi?”      
            “ seminggu lagi aku datang. Boleh gak?” tanya Theresia memancarkan senyumnya.
            “ ya boleh lah. Kakak kan pelanggan aku. “ kata Diva memancarkan senyumnya juga.
            “ oke deh Div. aku pamit dulu ya. makasih loh atas bantuannya. aku pergi dulu ..daaaa” katanya dan kemudian pintu itu tertutup. Diva berjalan lamban kea rah pintu dan memperhatikan gadis itu dari kejauhan. Dia dijemput sebuah motor Mio biru yang sangat dihapal Diva saat kuliah dulu. motor itu masih sama, dan helmnya juga. Tidak pernah berganti. Diva tersenyum kita dia melihat keduanya lewat dari depan matanya. Tanpa sadar tangannya mengayunkan papan open menjadi close. Apa hatinya juga semakin tertutup sekarang? Ketika ada celah sedikit yang ingin dia berikan, orang itu malah pergi meninggalkannya dan tidak mengharapkan celah itu. karena dia sudah memiliki sebuah lubang besar yang siap menampung untuk masa depan bersama pilihannya. 

End

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar