Taukah
kamu yang ku rindukan adalah
“sebuah
senyum ketika melihat sosokmu”
Rera
merasa kelelahan setelah menyelesaikan bagiannya di Proyek Akhir yang diadakan setiap
semester genap. Dia undur diri sejenak bermaksud mencari udara segar karena
tubuhnya terasa penat dan kepalanya begitu pusing. Ketika dia berjalan ke
Pendopo yang terletak di taman belakang kampus, sempat Rera bertemu dengan
beberapa temannya. Ketika mereka saling menyapa beberapa menanyakan kesehatan
Rera.
“Wajahmu begitu pucat , Ra” kata salah seorang temannya jurusan manajemen.
“Masa sih. Aku memang ngerasa sedikit lelah sih. Baiklah aku istirahat dulu”
kata Rera sambil berjalan. Matanya memang terasa sedikit berat sekarang.
Syukurlah
saat itu keadaan taman belakang kampus sepi. Pendopo yang biasa banyak
digunakan mahasiswa teknik khususnya untuk beristirahat atau sekedar
duduk-duduk kini tampak lenggang. Rera segera duduk di salah satu pendopo yang
tidak terlalu jauh dari jalan setapak.
Rera
menopang kepalanya dengan kedua tangannya yang ringkih. Sesekali desisan terasa sakit terdengar. Karena
tak kuat menopang tubuhnya, akhirnya Rera menyandarkan diri ke salah satu sisi
pendopo sambil memejamkan matanya. Namun ketika dia baru beberapa menit
memejamkan mata, sesuatu menyentuh dahinya.
Rasa
terkejut, dan gugup menyelimuti Rera. Pipinya terasa hangat dan kini jantungnya
berdetak kencang. Rera khawatir degup jantungnya itu terdengar.
“Wajahmu begitu pucat” kata Pria itu sambil menatap Rera dengan serius. Mata elang
itu kini menatapnya dengan tatapan amat serius dan tampak memancarkan khawatir.
Rera masih belum mampu menjawab,
“Daritadi aku duduk disana. Tadinya bermaksud pindah ke sini dan ketika aku
hendak duduk, tak sengaja ku lihat wajah pucatmu. “ pria itu kini duduk di sisi
lain pendopo. Rera hanya merutuki dirinya dan kini tak lagi memandang pria
tersebut. Ketika Rera mengangkat kepalanya , sosok pria itu tak ada lagi. Namum
beberapa menit kemudian, pria itu kembali duduk dihadapannya dengan sebuah cairan
beserta asap yang mengepul di udara.
“
Minumlah. Ini mungkin bisa menghangatkan badanmu sedikit” kata pria itu.
Awalnya Rera ragu, namun akhirnya dia menerima teh itu.
“
Maaf merepotkan. Terima kasih tehnya” kata Rera sambil sesekali meminum teh
hangat tersebut.
Setelahnya
mereka sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Pria itu sibuk dengan laptop
yang ada di pangkuannya. Sementara Rera , pikirannya diselimuti jutaan
pertanyaan. Pria itu kini memasang headset.
Rera mendekat sedikit. Dia melirik ke laptop dan kemudian memperhatikan pria
itu yang kini tampak serius mendengarkan sesuatu yang diyakini Rera adalah
sebuah lagu.
Keyakinan
membuahkan kebenaran setelah Rera melihat sebuah gambar dari salah satu album music
yang Rera ketahui.
“
No sound without silence” gumam Rera. Tampaknya
itu tidak seperti gumaman karena pria itu terlanjur mendengar apa yang baru saja
disebutkan Rera. Mereka saling tatap sejenak. Angin mengisi ruang kosong
diantara dua orang itu. Genggaman Rera terhadap gelas teh semakin mengerat –
dan seiring itu juga kini dia membuang pandangannya.
Pria
itu tersenyum kemudian menyematkan sebuah headsetnya
ke telinga Rera. Gadis itu terkejut namun lambat laun mereka menikmatinya. Sebuah
tangan tiba-tiba terulur bersamaan dengan senyuman. Rera menatap pria itu
bingung dan menyambut tangan kokoh dihadapannya.
“
Yada Josua.” Kata pria itu menyebutkan namanya.
_
“
Ra,!” suara itu tampak keras terdengar.
Dia
segera melihat ke sekelilingnya hingga akhirnya dia melihat sosok Indah yang
kini berdiri duduk disampingnya.
“
Menghayal lagi ?! wuah bahaya. Untung aku cepet datang. Kalau gak kamu
kerasukan sama hantu taman ini. Ayo ke atas. Kamu udah enakan belum” tanya
Indah khawatir.
Rera
tak menjawab. Dia justru mengusap wajahnya, membiarkan ocehan teman sekelasnya
itu. Dia segera turun dari pendopo kemudian berjalan perlahan. Samar-samar dia
masih bisa mendengar gerutuan Indah. Ketika jarak dia dan pendopo sudah jauh,
Rera melihat kembali ke arah taman. Ternyata benar Yada ada ditaman itu tapi
mereka tidak saling bertukar sapa. Rera masih enggan melangkah hingga sebuah
tatapan mata Rera dan Yada bertemu. Dengan jelas bisa dilihat Rera raut wajah
bingung dari Yada namun pria itu tidak ingin mengakhiri tatapan semu antara
mereka. Rera hanya tersenyum kemudian berlalu meninggalkan jutaan senyum itu
dengan pertanyaan yang tertinggal di pikiran Yada.
END
0 komentar