Cerita Pendek

By menuruthclara.blogspot.com - Februari 23, 2015

Taukah kamu yang ku rindukan adalah
“sebuah senyum ketika melihat sosokmu”

Rera merasa kelelahan setelah menyelesaikan bagiannya di Proyek Akhir yang diadakan setiap semester genap. Dia undur diri sejenak bermaksud mencari udara segar karena tubuhnya terasa penat dan kepalanya begitu pusing. Ketika dia berjalan ke Pendopo yang terletak di taman belakang kampus, sempat Rera bertemu dengan beberapa temannya. Ketika mereka saling menyapa beberapa menanyakan kesehatan Rera.
  “Wajahmu begitu pucat , Ra” kata salah seorang temannya jurusan manajemen.
 “Masa sih. Aku memang ngerasa sedikit lelah sih. Baiklah aku istirahat dulu” kata Rera sambil berjalan. Matanya memang terasa sedikit berat sekarang.
Syukurlah saat itu keadaan taman belakang kampus sepi. Pendopo yang biasa banyak digunakan mahasiswa teknik khususnya untuk beristirahat atau sekedar duduk-duduk kini tampak lenggang. Rera segera duduk di salah satu pendopo yang tidak terlalu jauh dari jalan setapak.
Rera menopang kepalanya dengan kedua tangannya yang ringkih.  Sesekali desisan terasa sakit terdengar. Karena tak kuat menopang tubuhnya, akhirnya Rera menyandarkan diri ke salah satu sisi pendopo sambil memejamkan matanya. Namun ketika dia baru beberapa menit memejamkan mata, sesuatu menyentuh dahinya.
Rasa terkejut, dan gugup menyelimuti Rera. Pipinya terasa hangat dan kini jantungnya berdetak kencang. Rera khawatir degup jantungnya itu terdengar.
  “Wajahmu begitu pucat” kata Pria itu sambil menatap Rera dengan serius. Mata elang itu kini menatapnya dengan tatapan amat serius dan tampak memancarkan khawatir. Rera masih belum mampu menjawab,
  “Daritadi aku duduk disana. Tadinya bermaksud pindah ke sini dan ketika aku hendak duduk, tak sengaja ku lihat wajah pucatmu. “ pria itu kini duduk di sisi lain pendopo. Rera hanya merutuki dirinya dan kini tak lagi memandang pria tersebut. Ketika Rera mengangkat kepalanya , sosok pria itu tak ada lagi. Namum beberapa menit kemudian, pria itu kembali duduk dihadapannya dengan sebuah cairan beserta asap yang mengepul di udara.
  “ Minumlah. Ini mungkin bisa menghangatkan badanmu sedikit” kata pria itu. Awalnya Rera ragu, namun akhirnya dia menerima teh itu.
  “ Maaf merepotkan. Terima kasih tehnya” kata Rera sambil sesekali meminum teh hangat tersebut.
Setelahnya mereka sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Pria itu sibuk dengan laptop yang ada di pangkuannya. Sementara Rera , pikirannya diselimuti jutaan pertanyaan. Pria itu kini memasang headset. Rera mendekat sedikit. Dia melirik ke laptop dan kemudian memperhatikan pria itu yang kini tampak serius mendengarkan sesuatu yang diyakini Rera adalah sebuah lagu.
Keyakinan membuahkan kebenaran setelah Rera melihat sebuah gambar dari salah satu album music yang Rera ketahui.
  “ No sound without silence” gumam Rera. Tampaknya itu tidak seperti gumaman karena pria itu terlanjur mendengar apa yang baru saja disebutkan Rera. Mereka saling tatap sejenak. Angin mengisi ruang kosong diantara dua orang itu. Genggaman Rera terhadap gelas teh semakin mengerat – dan seiring itu juga kini dia membuang pandangannya.
Pria itu tersenyum kemudian menyematkan sebuah headsetnya ke telinga Rera. Gadis itu terkejut namun lambat laun mereka menikmatinya. Sebuah tangan tiba-tiba terulur bersamaan dengan senyuman. Rera menatap pria itu bingung dan menyambut tangan kokoh dihadapannya.
  “ Yada Josua.” Kata pria itu menyebutkan namanya.
_
  “ Ra,!” suara itu tampak keras terdengar.
Dia segera melihat ke sekelilingnya hingga akhirnya dia melihat sosok Indah yang kini berdiri duduk disampingnya.
  “ Menghayal lagi ?! wuah bahaya. Untung aku cepet datang. Kalau gak kamu kerasukan sama hantu taman ini. Ayo ke atas. Kamu udah enakan belum” tanya Indah khawatir.
Rera tak menjawab. Dia justru mengusap wajahnya, membiarkan ocehan teman sekelasnya itu. Dia segera turun dari pendopo kemudian berjalan perlahan. Samar-samar dia masih bisa mendengar gerutuan Indah. Ketika jarak dia dan pendopo sudah jauh, Rera melihat kembali ke arah taman. Ternyata benar Yada ada ditaman itu tapi mereka tidak saling bertukar sapa. Rera masih enggan melangkah hingga sebuah tatapan mata Rera dan Yada bertemu. Dengan jelas bisa dilihat Rera raut wajah bingung dari Yada namun pria itu tidak ingin mengakhiri tatapan semu antara mereka. Rera hanya tersenyum kemudian berlalu meninggalkan jutaan senyum itu dengan pertanyaan yang tertinggal di pikiran Yada.


 END

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar