IS
THAT YOU OR YOUR EGO???
Suara motor terdengar menghantam
pagar rumah yang terbuat dari besi. Pagar itu sudah beribu kali dibanting hanya
kegiatan orang yang berada di rumah pada balik pagar besi itu kerap kali
bersama motornya ketika ingin masuk daerah garasi menghantamnya begitu saja
secara paksa dan terlihat begitu kasar. Bunyi besi beradu dengan tiang pagar
itu sudah terbiasa terdengar bagi orang-orang penghuni didalam rumah tersebut sehingga ketika bunyi
itu terdengar lantang, tidak ada lagi ocehan atau gerutu yang terdengar seperti
dulu. Masing-masing tersadar dan tidak mengingatkan lagi karena diri mereka
sendiri berbuat hal yang serupa dengan orang yang selalu dinasehati. Mereka bergantian
memperingati tapi mereka juga yang berbuat.
Malam menunjukkan pukul setengah Sembilan
waktu itu. Didalam rumah itu sendiri begitu sunyi. Padahal didalamnya ada tiga
orang yang sedang melaukan kegiatan mereka masing-masing. Sengaja televise tidak
di nyalakan karena takut menyita konsentrasi yang sedang belajar.
Di lantai, seorang gadis berusia
tujuh belas tahun sedang konsentrasi dengan buku yang dibacanya karena esoknya
dia akan menghadapi ulangan harian. Di ruangan lain, tepatnya berada di kamar
tidur, seorang gadis berusia 15 tahun sedang menyusun buku-buku pelajaran yang
akan dibawa esoknya ke sekolah. Di daerah ruang tamu, seorang adis 18 tahun
sedang berdiri sambil memainkan ponselnya. Sesekali menatap kea rah laptop yang
ada didepannya yang dari tadi bermasalah.
Suara pintu terbuka terdengar. Tampak
sosok seorang pria paruh baya kini memasuki ruangan. Dia melihat ke
sekelilingnya sekilas kemudian masuk ke kamar untuk mengganti pakaian. Masih didalam
kamar dan sedang mengganti pakaian, pria yang mereka panggil Ayah itu tiba-tiba
bersuara dan suaranya samar-samar terdengar.
“ Dimana adik kalian ?” tanya Sang
Ayah. Kini dia sudah keluar dan bergerak kea rah dapur.
“ Apa ?” gadis berusia 15 tahun itu
menanggapi sambil menyeret tasnya ke dekat meja makan. Kebetulan posisi kamar
tidurnya tidak jauh dari daerah meja makan.
“ Kemana adik kalian ? kenapa dia
tidak kelihatan ?” tanya Ayahnya lagi.
“ Tidak tau” jawab gadis yang sedang
membaca buku tersebut.
“ Kenapa kalian tidak tau ? Kemana
sih dia ? “
“ Kami tidak tau. Dia keluar
menggunakan motor tadi.” Jawab gadis berusia lima belas tahun tersebut.
Keluarga itu memiliki tiga motor. Satu
motor matic, satu vespa, satu motor
biasa. Tadi, motor matic dipakai oleh
Ayah mereka dan batu tiba. Motor Vespa
dibawa oleh Ibu mereka yang sedang pergi keluar juga, dan motor biasa sajalah
yang tertinggal di rumah.
“ Motor apa ? sedangkan motor yang
biasa saja ada di samping.” Wajah Ayah mereka tampak kesal.
“ Tidak tau” jawab gadis yang
membaca buku.
“ Kemana sih dia ? ini sudah malam. Harusnya
dia tidak berkeliaran. Dia itu harusnya belajar!”
“ Dia tadi katanya keluar sebentar.
Mengerjakan tugas kalau tidak salah” jawab yang membaca buku.
“ Tugas apa ? tadi sore dia sudah
mengerjakan tugasnya. Ayah heran melihat kalian. Dia itu adik kalian. Harunsya kalian
bisa mengontrol dia “ Seru sang Ayah
“ Dia tidak mengatakannya pada kami.
Jadi kami tidak tau” sanggah gadis berumur lima belas tahun tersebut. Gadis itu
juga menjadi kesal karena dia yang juga sebagai kakak dituduh bersalah.
“ Jelas saja dia tidak mengatakan.
Karena kalian tidak tanya. Kalian ini kenapa sih ? selalu cuek. Selalu cuek.
Dia itu adik kalian. Kalian harusnya perhatikan. Kenapa sih kalian cuek sekali
? kenapa kalian Egonya tinggi.”
“ Ayah juga ber-Ego tinggi. Tidak usah
menuduh orang lain. Jangan saling tuduh menuduh dan menyalahi. Memanya ayah
tidak pernah sadar ?” tiba-tiba suara terdengar. Anak yang paling besar, gadis
yang dari tadi memainkan ponsel dan hanya menjadi pendengar dan menjadi luapan
secara tidak langsung oleh Ayah mereka kini angkat suara karena sudah tidak
tahan lagi.
“ Kamu kalau di bilang orang tua
selalu melawan.” Kata Ayahnya dengan kesal.
“ Jangan bilang-bilang orang dong.
Kalian semua memang pernah sadar dengan sikap kalian ? Aku cuek karena turunan
dari sananya. “ Gumam gadis tersebut. Gumamannya masih terdengar jelas hingga
memancing amarah sang Ayah.
Pria paruh baya itu tetap menggerutu
sambil hilir mudik tidak jelas. Gadis yang tadi membantah ayahnya itu kini berdecak
kesal berkali-kali berusaha menenangkan hatinya yang kini amat terasa sakit. Hatinya
berbicara, kenapa orang tuanya tidak pernah sadar kalau sikap mereka itu dari
dua orang dewasa yang melahirkan mereka. Kenapa kalau di sampaikan sebuah
pernyataan kedua orang tuanya selalu mengatakannya melawan, tidak bisa menerima
pernyataannya. Kenapa ketika dia menyampaikan pendapat selalu berujung pada
pernyataan kalau dia melawan orang tua. Dia hanya menghela nafas. Nampaknya kejadian
ini akan terus berulang.
0 komentar